Pages

Jumat, 26 Oktober 2012

RASA MARAH



RASA MARAH, MENULISLAH SEGERA!

Manusia memiliki kesempurnaan alat indera apabila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kelengkapan indera tersebut, manusia bisa mencapai kesempurnaan melebihi malaikat, tetapi bisa pula terpuruk melebihi hewan atau syetan. Tergantung manusia itu bisa dan tidaknya mengelola pikiran dan perasaannya. Manusia mempunyai pikiran dan perasaan yang lengkap selaian mereka memiliki kesempurnaan panca indera dan indera keenam.
Sebaik apapun manusia selain Rasulullah tentu pernah melakukan kesalahan atau kekurangan. Terutama kekurangan dalam menggunakan pikiran dan perasaannya. Ada kecenderungan melebihi dan kurang dari target sebenarnya apa yang manusia lakukan. Ketidakmampuan manusia dalam menggunakan otaknya bisa terjatuh dalam melebihi jatuh ke tabiat syetan. Begitu juga ketidakmampuan manusia dalam menggunakan hatinya. Bisa mengakibatkan jatuh ke tabiat hewan.
Sedang melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan, kita bisa juga melakukan keasalahan. Suka marah-marah ketika kita sedang berpuasa. Seperti tidak ada yang mulus seorang manusia dalam memjalani kehidupannya. Namun begitu kita melakukan kemarahan, sakit hati, jengkel, dan sebagainya, kita masih bisa bertobat atau minta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya. Ada sakit akan ada obatnya, ada marah akan ada melerainya dengan upaya berdoa, berdzikir atau membaca Al-Qur’an dengan penuh syukur.
Sifat marah seumpama bumbu masakan yang terlalu pedas atau asin. Yang enak dan lezat makanan itu harus dibumbui yang seimbang. Tidak terlalu pedas atau asin. Marah seperti penyedap rasa apabila diolah oleh koki yang terlatih, maka masakan akan enak dimakan. Manusia hidup tanpa marah rasanya kering bagaikan masakan tanpa bumbu yang memadai. Tinggal bagaimana mengolahnya dengan baik untuk menjadi masakan yang enak dimakan.
Marah bisa menjadi semangat dalam menghadapi tugas kewajiban kita. Asalkan marah tersebut selalu dikembalikan kepada pemiliknya. Langsung kita bertobat dan minta maaf atas kelemahan sehingga sampai melakukan kemararahan. Semoga semakin hari semakin bertambah kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi sesuatu atau peristiwa setiap hari.
Kesulitan, kekurangan, kejengkelan, dan sifat negatif lainnya semoga semakin hari semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman. Kemarahan merupakan kewajaran apabila terus-menerus kita menyadarinya dengan selalu kembali kepada petunjuk agama dan aturan kemasyarakatan. Kita hidup berada di antara keadaan yang salah dan benar. Terpenting kita tidak berada di tempat yang salah selamanya. Salah sedikit merupakan kewajaran yang melekat di dalam sifat manusia. benar selamanya bukan malaikat dan salah selamanya bukan syetan.
Proses perbaikan secara terus-menerus terhadap diri kita masing-masing harus diupayakan. Meskipun kita tidak selamanya bisa bertahan untuk benar dalam berbicara dan berbuat. Adanya pergantian perilaku dari buruk ke baik dan dari baik ke buruk bila terjadi tidak bisa kita hindarkan. Hidup adalah sebuah proses perbaikan demi perbaikan secara terus-menerus. Berhenti dari rangkaian berproses berarti sama dengan kematian dari berupaya sebagai tanda adanya perjuangan hidup yang tidak kenal untuk berhenti.
Salah satu sifat yang tidak baik yang tidak mau berhenti dari pribadi manusia adalah sifat marah terhadap sesuatu atau seseorang. Pelajari bagaimana cara mengekspresikan rasa marah tersebut dengan menuliskannya. Daripada kita marah diekspresikan lewat ekspresi lisan, maka lebih baik dan lebih produktif dengan menuliskannya. Apabila kita marah, maka tuliskanlah rasa marah tersebut sepuas-puasnya. Tidak ada pihak yang merasa tersinggung dengan rasa marahnya kita apabila kita mengekspresikan rasa marah tersebut dengan ramuan terbaik. Yang kita tuliskan dari rasa marah harus bisa menjawab dari pertanyaan mengapa kita marah, apa akibatnya apabila marah langsung bereaksi terhadap sasarannya, bagaimana cara kita mengatasi marah supaya berdampak positif bagi pelaku dan sasarannya, dan masih banyak lagi apa yang semestinya kita marah.
Saya memberikan contoh bagaimana mengekspresikan rasa marah dengan menuliskannya. Sewaktu saya sedang sakit rasanya yang dianggap kecil pada waktu saya sedang sehat, saya rasakan sebagai sesuatu yang sangat besar. Terkadang merasa hal itu penghinaan yang tidak bisa terampuni. Oleh karena itu pada saat itu saya langsung menuliskannya dengan semangat yang luar biasa. Seolah-olah saya tidak menghiraukan yang saya akan tuliskan tersebut baik atau buruknya. Biarpun apa yang saya tuliskan itu tidak baik akan saya tuliskan tanpa ditunda-tunda lagi. Revisi bukan waktu saya menuliskan seluruh materi yang saya tuliskan. Biar mengendap beberapa waktu apa yang saya tuliskan dan pada saatnya yang tepat akan saya teruskan untuk merevisi. Tugas rangkap saya sebagai penulis materi tentang kemarahan dan sekaligus sebagai perevisi. Sebelum tulisan kita direvisi orang lain tidak ada salahnya direvisi sendiri dulu.
js-ruangberbagi.

0 komentar:

Posting Komentar