Tiupan angin yang begitu pelan-pelan bagaikan
sepoi-sepoi, membuat aku seperti orang merana. Pagi itu kurasakan begitu resah
pikiran ini. Terus aku turun dari pembaringanku ini, karena seruan azan sudah
berkumandang, waktu shalat shubuh telah tiba. Lalu aku mengambil wudhu untuk
melaksanakan shalat shubuh, dan minta petunjuk Allah supaya diberi ketenangan
dalam bathin ini.
Sesudah aku melaksanakan semua itu, aku pergi keluar
sambil jalan-jalan pagi untuk menghirup udara segar. Sesampainya aku
dipersimpangan jalan, aku mendengar seperti ada orang yang memanggil namaku.
Kemudian Lina mengabari aku, bahwa dia mendapat undangan pesta pernikahan
kekasihku, yang sudah lama tak kunjung datang. Terus aku balik bertanya, “apa
aku tak salah dengar, Lin….”. Lantas begitu spontan Lina temanku
menjawab,”Enggak salah lagi, nih, lihat sendiri undangannya, aku sengaja
membawa undangannya biar kamu percaya”. Seperti ada api yang membara didada
ini. Aku harus bisa datang, walau tanpa diundang. Aku harus bisa menyaksikan
pesta pernikahan itu, dengan mata kepalaku sendiri.
Sampailah pada hari yang kutunggu-tunggu itu telah
tiba. Aku datang secara diam-diam diantara kerumunan orang. Aku berjalan sambil
menyelinap, agar mantan kekasihku tak melihat keberadaan ku disitu. Ternyata
benar, aku sempat menyaksikan saat kekasihku itu, betapa semangatnya dia saat
mengucapkan “ijab-qabul” didepan penghulu, sambil tersenyum kepada mempelainya.
Betapa sakit dan kecewanya hatiku, betapa hancurnya harapanku. Cinta yang sudah
terbina seakan tiada arti lagi. Aku kecewa sekali masih terbayang dalam ingatan
ini saat dia mengucapkan perasaan cintanya untuk ku. Dan betapa aku
mengagungkan cintanya saat itu. Begitu mudah dia mengucapkan cinta itu, semudah
itu pula dia mengakhiri semua itu. Tanpa mengucapkan selamat tinggal untukku.
Tak pernah ku merasakan rasa kecewa yang begitu menyakitkan ini. Ternyata cinta
itu begitu kejam. Alangkah kejamnya cinta. Mengapa harus ada cinta dan mengapa
pula harus ada kecewa. Begitu sulit dipisahkan cinta dan kecewa.
Kemudian aku langsung pulang sambil menangis. Dan
menyusuri jalan-jalan yang sepi tanpa menoleh lagi. Seandainya aku tahu dari
dulu, tak mungkin aku menerima cintanya dengan setulus hatiku ini. Mengapa aku
selalu gagal dalam mencapai cinta. Apa salahku dan apa dosaku. Sehingga aku
menerima derita cinta ini. Penuh dengan segala kekecewaan yang menyakitkan.
Mengapa
kita harus mengukir kenangan manis diantara perjumpaan kita. Kenangan yang
selalu menjadikan naluri aku semakin rapuh ini. Kini kurajuti hari-hariku yang
sepi, tanpa ada yang menemani, kunyanyikan tepian cemara ini tanpa ada yang
menemani. Kulagukan duka ini sendiri, tanpa dirimu disisiku lagi. Cukupkanlah
aku merasakan kesakitan yang begitu menyakitkan ini. Cinta yang sudah kubina
berakhir begitu saja, bagaikan angin lalu. Kini biarkanlah ku pergi membawa
semua kenangan, walau hanya bayanganmu yang menjelma. Semua bayangan darimu
akan selalu kusimpan dalam sanubari ini dan akan kujadikan sejarah pahit dalam
hidup ini.
Terkadang
aku ingin menghapus namamu dan mengubur sejuta cerita kita, tetapi bayangan itu
selalu datang, disaat aku berjuang untuk menghapus semua itu. Sebagaimana aku
bisa belajar untuk mencintaimu dahulu. Dan pastinya aku juga bisa berjuang
untuk melupakanmu. Itulah tekad yang membaja dalam dada ini. Haruskah aku
menyesali dengan apa yang telah terjadi. Penyesalan itu selalu datang
terlambat. Kini aku harus bangkit dari ketidakberdayaan ini. Untuk menyongsong
hari esok dan tak perlu hanyut hanya karena sepotong kepahitan di masa lalu,
yang sudah menjadi mimpi, aku berdoa dan tetap berharap pada yang kuasa, agar
aku bisa menghadapi penderitaan ini. Jangan biarkan kesedihan ini tetap
berlanjut. Kalau memang ini taqdirmu untukku, kuatkanlah aku. Karena aku tak
pernah menyalahkan taqdirmu untukku. Tapi semua itu adalah kehendak.
Tak
terbayang olehku kalau akhirnya begini jadinya, dulunya aku selalu membayangkan
bahwa dia akan selalu mencintaiku, walau apapun yang terjadi dan akan selalu
menuntunku dan menyayangi ku selalu, tapi semua itu keliru. Semua itu semakin
jauh dariku, tak adakah sebongkol rasa sayang untuk ku. Lupakan semua
pengorbananku. Sia-sia semua itu yang kulakukan untukmu.
Perpisahan
itu begitu menyakitkan, tapi itulah kenyataan yang harus kuterima. Untuk bisa
menghentikan tangis ini, aku harus bisa melangkah dengan pasti. Walaupun harus
mulai dengan sesuatu yang awal. Walaupun sulit rasanya, aku harus bisa
tersenyum untuk hari esok yang ceria. Semoga takkan ada duka dan takkan ada
kecewa. Mungkin semua itu akan lebih baik daripada apa yang pernah aku jalani.
Namun apakah aku bisa setegar itu. Setegar batu karang yaang takkan terhempas
walau diterjang badai dan takkan tersesat karena karang terjangmu dan takkan
kandas dan musnah oleh lembahmu yang hitam. Semua kesudahan itu harus berlalu
sebatas dengan kesudahan. Semoga aku bisa melupakan hari-hari yang sudah
terlewati itu. Karena hari yang kemarin adalah pengalaman dan pelajaran untuk
dijadikan pedoman, yang akan menjadi semboyan dalam hidup ini.
Oh…..Tuhan
Bukalah pintu hati ini agar aku selalu berada
dijalanmu. Berilah kebahagiaan untukku, makhluk yang lemah ini, karena engkau
kuasa atas segala sesuatu. Dan engkau pula Maha mengetahui atas segala sesuatu.
Tiada daya dan upaya kecuali engkaulah yang kuasa, yang menentukan jalan hidup
hamba-Mu. Biarkanlah deritaku akan cepat berakhir. Berdosakah aku mengharapkan
apa yang belum pernah aku dapatkan. Hidupku hanya mengharapkan sebongkol kasih
sayang dan sekelumit perhatian yang dalam, tapi semua itu tak pernah kurasakan
apalagi untuk kugenggam. Inilah jeritan batin seorang anak manusia. Jika aku
bisa menggenggam kebahagiaan dengan apa yang selalu kuinginkan. Mungkin
kematian yang akan menjemputku, aku merasakan suatu ketenangan, agar hidup yang
kujalani ini takkan sia-sia karena semua itu adalah impianku, harapanku dan
angan-anganku, yang selalu ingin kugantungkan dalam hidupku. Karena aku tak
pernah putus asa dalam membangun sebuah cinta yang pernah kau anugerahkan
kepadaku dan izinkanlah aku melangkah dijalanmu dan mengubah haluan hidupku
menuju pintumu. panger4nmatahari
1 komentar:
Cinta itu indah....
Posting Komentar