Nomofobia?
Saat ini begitu banyak jenis ponsel yang beredar dipasaran, dengan beragam
merk dan fitur yang sangat menarik, membuat toko-toko ponsel tidak pernah sepi
dari pembeli.
Selain itu, berbagai fitur
yang ditanamkan dalam ponsel juga sangat bermanfaat
bagi banyak orang, terlebih di jaman sekarang ini ponsel bukan semata sebagai
alat telekomunikasi saja, namun menjadi suatu barang yang multifungsional.
Namun di sisi lain, orang yang sudah terbiasa dengan hadirnya ponsel, mereka
akan merasa cemas ketika barang yang satu ini tidak berada disampingnya. Jika
kondisinya sudah demikian, mungkin anda sudah berada pada tahap kecanduan
ponsel.
Kecanduan ponsel atau dengan
istilah Nomofobia
awalnya diciptakan oleh beberapa peneliti dari Inggris di tahun 2008 lalu.
Mereka sepakat merumuskan Nomofobia ini sebagai sebutan atau gambaran terhadap
orang-orang yang sering merasa cemas ketika dirinya merasa kesulitan dalam
mendapatkan akses teknologi mobile seperti ponsel ini.
Mereka (Nomofobia) akan
selalu berada didalam kekhawatiran ketika harus menempatkan telepon selularnya,
mereka hanya ingin selalu berada di dekat barang kesayangannya tersebut dan
tidak pernah berhenti memeriksa kondisi telepon selularnya karena berbagai
ketakutan seperti baterai ponsel habis atau melewatkan sebuah panggilan dan
pesan singkat.
Dalam
hal ini, kaum wanita lebih besar kemungkinannya mengidap Nomofobia hingga
70 persen jika dibandingkan dengan laki-laki yang persentasenya hanya mencapai
60 persen saja. Sedangkan orang yang mengidap Nomofobia ini rata-rata mereka
yang berumur antara 18 sampai 24 tahun dengan persentase mencapai 77 persen,
sedangkan sisanya mereka yang sudah berumur antara 25 sampai 34 tahun dengan persentase
sekitar 68 persen saja.
Hal
ini juga dikatakan oleh seorang dokter yakni Dr. Keith Ablow bahwa jika
seseorang sering meresa kebingungan ketika dirinya jauh dari gadget Maka
secara otomatis akan membangun batas kontak interpersonal sehingga mereka akan
menjadi kurang aktif dalam berbagai kegiatan yang berada pada luar ruangan.
“Jika
seseorang membutuhkan sesuatu seperti telepon atau tiga gelas anggur demi
merasa normal atau terbebas dari rasa panik, hal tersebut sudah termasuk tidak
normal,” sambung nya.
0 komentar:
Posting Komentar