SIMPATI
Simpati adalah
suatu proses dimana seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga
mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Dalam
simpati, perasaan memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila
terdapat pengertian pada kedua belah pihak. Simpati lebih banyak terlihat dalam
hubungan persahabatan, hubungan bertetangga, atau hubungan pekerjaan. Seseorang merasa simpati dari pada
orang lain karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Misalnya,
mengucapkan selamat ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan wujud rasa
simpati seseorang.
Simpati adalah melakukan sesuatu untuk orang lain, dengan menggunakan cara yang menurut kita baik, menurut kita menyenangkan, menurut kita benar.
EMPATI
Empati mirip
perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja,
melainkan diikuti perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Contoh bila
sahabat kita orangtuanya meninggal, kita sama-sama merasakan kehilangan.
Empati, adalah
melakukan sesuatu kepada orang lain, dengan menggunakan cara berpikir dari
orang lain tersebut, yang menurut orang lain itu menyenangkan, yang menurut
orang lain itu benar. Jadi, apa yang menurut Anda suatu kebaikan, bisa saja
sebenarnya malah mengganggu orang lain.
Menurut
Ubaydillah (2005) empati adalah kemampuan kita dalam menyelami perasaan orang
lain tanpa harus tenggelam di dalamnya. Empati adalah kemampuan kita dalam
mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut.
Empati adalah kemampuan kita
dalam meresponi keinginan orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini dipandang
sebagai kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan kita dengan orang
lain (connecting with). Selain itu Empati merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam melakukan hubungan antar pribadi dengan coba memahami suatu
permasalahan dari sudut pandang atau perasaan lawan bicara. Melalui empati,
individu akan mampu mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu
permasalahan. Memahami orang lain akan mendorong antar individu saling berbagi.
Empati merupakan kunci pengembangan leadership dalam diri individu.
Dunia yang semakin global dan
ekonomi pasar yang penuh dengan persaingan ketat membuat tenggang rasa dan
empati sosial masyarakat semakin rendah. Itu kenapa
seringkali terjadi konflik sosial di masyarakat. Salah satu upaya yang dapat
mencegah meluasnya dan meminimalkan dampak negatif dari globalisasi adalah
mensosialisasikan rasa empati sejak dini. Keluarga adalah struktur sosial
terkecil yang mampu membentengi patologi sosial yang terus menggejala khususnya
masyarakat Indonesia.
Secara
naluriah anak sudah mengembangkan empati sejak bayi. Awalnya empati yang
dimiliki sangat sederhana, yakni empati emosi. Misalnya pada usia 0-1 tahun,
bayi bisa menangis hanya karena mendengar bayi lain menangis, barulah di usia
1-2 tahun, anak menyadari kalau kesusahan temannya bukanlah kesusahan yang
mesti ditanggung sendiri. Walaupun demikian, rasa empati pada anak harus
diasah. Bila dibiarkan rasa empati tersebut sedikit demi sedikit akan terkikis
walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari lingkungan yang membentuknya.
Banyak segi positif bila kita
mengajarkan anak berempati. Mereka tidak akan agresif dan senang membantu orang
lain. Selain itu empati berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tak
heran kalau empati selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang, memberikan
sesuatu pada orang yang kurang mampu. Empati berarti menempatkan diri seolah-olah
menjadi seperti orang lain. Mempunyai rasa empati adalah keharusan seorang
manusia, karena di sanalah terletak nilai kemanusiaan seseorang. Oleh karena
itu, setiap orang tua wajib menduplikasikan rasa empati kepada anak-anaknya.
By: berandapsikologi.
0 komentar:
Posting Komentar