Menyadarkan
Diri Sendiri
Selama ini, barangkali
kita disibukkan dengan aktivitas-aktivitas yang berujung pada kesenangan diri.
Bukan kemudian itu adalah cara hidup yang salah, tetapi menurut saya kurang
tepat. Kenapa? Karena waktu yang kita miliki ini amatlah terbatas, sedangkan
kita tidak bisa berdiam diri dan mematung seolah-olah kita akan hidup
selama-lamanya. Padahal sekali-kali tidak. Kalau Allah
sudah berfirman “Kun Fayakun”, maka semua bisa terjadi.
Nah, permasalahannya adalah apa
yang harus kita lakukan ketika mengetahui dan menyadari betapa hidup kita ini
begitu singkat. Tidak peduli kau anak presiden, kau anak tukang sampah, kau
anak guru, jika sudah meninggal semuanya sama : manusia polos yang tak memiliki
tanggungan ragawi lagi. Betapapun kuat ototnya, kalau Allah sudah berkehendak,
maka semua itu tidak ada artinya.
Bukan berarti kita tidak
boleh memiliki otot yang kekar, tetapi kita harus tahu bahwa kulit akan
mengkerut seiring dengan bertambahnya usia kita. Dan tentu saja Islam menyukai
pemuda-pemuda yang kuat, tetapi menyayangi orang-orang yang lemah. Karena
dengan kekuatan kita belajar rendah hati dan ketika kita lemah kita akan
belajar untuk bersabar. Semua yang telah diciptakan-Nya, bukan tanpa hikmah.
Tetapi, hanya saja mungkin kita yang terkadang tidak mampu membacanya.
Nah, dalam hal ini setiap
orang pasti memiliki sisi sedih. Bisa jadi karena terlahir sebagai rakyat
miskin, orang kaya tapi penyakitan, pujangga yang selalu bersedih hati, atau
bahkan orang yang selalu mendapatkan ambisinya. Sebenarnya setiap orang
memiliki cobaannya masing-masing. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Bisa
kondisi yang mengenaskan,penyakit (baik fisik maupun psikis), harta yang
melimpah atau orang yang selalu beruntung pun bisa jadi merupakan sebuah
cobaan.
Yang membedakan bukanlah
posisi di mana seseorang itu lebih beruntung keadaannya. Tetapi, bagaimana
seseorang mampu dengan ikhlas mensyukuri apa yang ia miliki dan apa yang tengah
ia perjuangkan. Karena dengan bersyukur, kita meningkatkan kepekaan diri.
Bersyukur akan meningkatkan rezeki kita, baik materi maupun ketenangan batin.
Dan akan menunjukkan bahwa kita bukanlah orang yang egois nan sombong. Apapun
yang terjadi, tetap sebagai diri sendiri.
Bagian bersyukur inilah
yang terkadang bagi kita merupakan sesuatu hal yang sepele namun sulit
dilakukan. Memang, kalau dinalar bersyukur ini hanyalah sikap sederhana.
Tetapi, tidak semua orang memilikinya. Padahal, orang yang bersyukur tidak akan
mengurangi rezeki atau wibawanya di dalam masyarakat. Karena bersyukur adalah
hanya ditujukan kepada Allah saja, bukan yang lainnya.
Menuju pada kebenaran
yang hakiki itu berat, tetapi manis.
diarypakguru