Berprasangka Terhadap
Orang Lain
JANGAN mudah
berprasangka, baik berprasangka positif (husnudzon) maupun negatif (suudzon)
kepada orang lain. Sebab prasangka sifatnya masih sementara, menilai hanya
berdasarkan penampilan, tulisan, ucapan atau kata orang lain.
A.Beberapa contoh
berprasangka negatif
1.Mengira guru olah raga
galak
Ketika Si A pindah ke
SMAN 6 Surabaya, Si A melihat guru olah raganya (Si B) berbadan besar dan
tegap, berkulit agak hitam dan berwajah angker. Si A pun mengambil kesimpulan
guru olah raga itu pasti galak dan angker. Tapi setelah mengenalnya, ternyata
guru itu ramah, sopan, tutur katanya lembut. bahkan ada yang mengatakan, guru
yang suku Ambon itu lebih “njawani” dibandingkan orang Jawa.
2.Mengira anak seorang
menteri yang sombong
Si A menilai bahwa Si C
yang anaknya menteri, teman kuliahnya, adalah mahasiswi yang kaya raya dan
sombong. Oleh karena itu Si A agak enggan ketika Si C menyatakan ingin
bergabung dalam kelompok belajarnya. Namun ketika sudah bergabung, lama
kelamaan Si A baru tahu bahwa Si C ternyata tidak sombong. Bahkan baik hati,
sopan dan suka membantu orang yang sedang kesulitan.
3.Mengira seseorang suka
pamer
Sewaktu Si A kos di
Grogol, Jakarta, dia punya teman kos cowok (Si D) yang suka pamer
bermacam-macam kalung, gelang, cincin yang semuanya terbuat dari emas. bahkan
juga sering memamerkan intan berlian dan permata lainnya. Si A menilai Si D
cowok yang suka pamer kekayaan. Namun, setelah lama berkenalan, Si A baru tahu
kalau Si D pebisnis permata membantu bisnis ibunya untuk menawarkan permata
tersebut.
4.Mengira cewek gampangan
Si A mengira Si E cewek gampangan melihat cara
berpakaiannya yang seksi dan suka memakai rok mini. Diapun punya pikiran
negatif. Namun setelah berkenalan selama enam bulan, Si A baru yakin kalau Si E
bukan cewek gampangan, melainkan cewek baik-baik yang menyukai pakaian-pakaian
yang simple atau sederhana.
5.Mengira dosen yang cuek
Si A, sewaktu kuliah di akademi bahasa asing, menilai Si F
merupakan dosen yang bersikap cuek. Tampilannya pendiam, dan jarang bicara.
Tetapi, setelah Si A mengenalnya, ternyata Si F suka sekali mengobrol,
berdiskusi dan bertukar pikiran tentang apa saja. bahkan suka bercanda.
B.Beberapa contoh
berprasangka positif
1.Mengira pebisnis jujur
Si A mengajak mahasiswi
Si G dan dosennya Si H. Si A beranggapan mahasisdwi tersebut jujur karena tiap
hari berjilbab dan mengira dosennya juga jujur karena berpeci. Namun dalam
perjalanan bisnis kerjasamanya, ternyata Si G dan Si H telah menipu dirinya
hingga mengalami kergian sekitar Rp 100 juta. Celakanya tak ada perjanjian
tertulis karena Si A mengira Si G dan Si H orang jujur.
2.Mengira capres yang
berkualitas
Si A mengira Si I adalah
capres yang berkualitas. Sebab penampilan capres Si I tersebut meyakinkan,
janji-janjinya meyakinkan, iklan-iklannya meyakinkan. Namun, setelah Si I
terpilih sebagai presiden, ternyata Si I seorang pembohong besar. hanya
mementingkan kepentingan politiknya. Tak serius memperhatikan kepentingan
rakyat terutama yang di daerah perbatasan. Tak mampu menurunkan harga sembako.
Gagal di semua sektor.
3.Mengira orang baik
Si A berkenalan dengan
teman barunya bernama Si J. Si J suka traktir ini traktir itu. Mengajak ke sana
sini. Karena itu, ketika Si J kemalaman di rumah Si A, maka Si A menawarkan ke
Si J tidur di rumahnya saja. Esok harinya ketika bangun tidur, Si A terkejut
tidak ada. Tiga buah HP dan uangnya di laci Rp 3 juta amblas dibawa Si J.
4.Mengira pandai
Si A menilai calon bupati Si K merupakan cabup yang pandai.
Soalnya Si K punya gelar MM, Msi dan MH. Wah, hebat,pikirnya. Namun setelah Si
K terpilih sebagai bupati dan bekerja selama satu tahun, Si A baru tahu kalau
Si K ternyata tidak pandai. Gelar S2-nya juga ternyata gelar hasil kuliah asal
bayar.
5.Mengira kaya secara
halal
Si A punya tetangga baru,
namanya Si L. Mengakunya pejabat pada sebuah BUMN. Rumahnya direnovasi. Tiga
bulan kemudian mobilnya diganti mobil Mercy terbaru. Pakaiannya perlente.
Bicaranya tinggi. Bicara soal bisnis, soal kafe, soal apartemen dan lain-lain.
Karena mengaku pejabat BUMN, maka Si A-pun berprasangka positif bahwa Si L kaya
karena jabatannya. Setahun kemudian, Si L ditangkap KPK karena kasus korupsi.
C. Bagaimana sikap Anda sebaiknya terhadap orang lain?
1.Bersikap biasa,hati-hati dan waspada
2.Boleh berprasangka positif maupun negatif, tetapi
bersifat sementara saja
3.Kenali kenalan Anda secara pribadi dan secara
langsung dalam waktu yang relatif lama
4.Pelajari perilakunya, konsistensi antara ucapan dan
tindakan, prestasinya, statusnya, pekerjaannya, karirnya, ketahui domisilinya
secara langsung, masa lalunya, dll.
5.Setelah mengenalnya secara pribadi, Anda baru boleh
menilai teman Anda baik atau tidak.
Semoga bermanfaat
psikologi2009